Sunday, December 29, 2013

Pilihanmu.



Suatu hari nanti. 


Jangan menyesal dengan apa yang telah kau putuskan. Karena memang sudah seharusnya yang menanggalkan membawa semua hal yang mungkin mencabik hati yang ditinggalkan. Saat kau pergi, sesungguhnya kau tak berhak lagi mencampuri apa saja yang telah tanpa sengaja kau sakiti. Dia yang mungkin saja setengah mati mencoba berdiri kembali. Saat kau mematahkan hatinya, harusnya kau sadar satu hal; kau sudah keterlaluan untuk merusak bahagianya.

Jika saja hari ini kau tak dapatkan apa yang kau cari. Kau tak menggenggam apa yang kau ingini. Terima saja nasibmu, karena memang tak layak lagi kau mengurusi dia yang mungkin sudah bahagia tanpamu. Cukup nikmati saja keegoisanmu untuk meninggalkan dia. Jangan pulang untuk kembali merusak apa yang baru saja ditatanya dengan tatihnya.

Karena saat kau berani pindah, kau juga harus berani menerima kenyataan lain, bahwa yang pindah tak selalu berakhir indah. Tak jarang itu hanya pemancing agar kau merasakan patah. Agar kau tahu sekuat apa dirimu saat kenyataan malah berbanding terbalik dengan inginmu.


Jangan menyesal hanya karena pada akhirnya kau menyadari, orang yang kau sakiti adalah dia yang benar-benar mencintaimu. Ingat saja, kau telah memilih untuk membuangnya demi bahagia yang hanya sebatas penglihatan mata. Jika kau sudah memutuskan mengakhiri, terima saja jika akhirnya kau juga menerima pahitnya sendiri. Sudah selayaknya hati yang kau tanggalkan benar-benar kau tinggalkan. Biarlah ia bahagia tanpa perlu pulang hanya karena harap dia bisa menyembuhkan lukamu. Itu bukan kewajibannya lagi. Itu adalah pilihanmu sendiri.  



29 dec 2013 | 7:57 pagi.

Wednesday, December 25, 2013

Cerewet.


Ini entah kebetulan atau memang sudah hukum alam. Apakah orang jatuh cinta memang selalu begini? Sejak menaruh hati padamu aku lebih sering cerewet. Aku menjadi orang yang tak bisa diam. Aku tak bisa diam menutupi hatiku, bahwa kamu memang selalu mengusik dalam kepalaku. Bahwa kamu selalu saja menggetarkan sebentuk daging di dadaku.

Orang-orang menyebut getar itu adalah rindu. Tapi aku tak tahu apa nama pastinya. Yang aku tahu, saat jauh begini, rasanya lumayan menyiksa. Aku bahkan lebih cerewet dari biasanya. Di jejaring sosial miliku, misalnya. Semuanya kutulis tentangmu. Tentang hatiku yang selalu saja inginkan kamu. Jika saja bisa, aku ingin menjadi Jin. Yang bisa dengan memejamkan mata, seketika berada di sampingmu.

Ah, pasti akan bahagia. Dan aku tahu, salah satu cara untuk menghilangkan sikapku yang kini lebih cerewet adalah dengan menatap matamu.

Saat berada di sampingmu, aku seolah kehabisan kata. Meski, aku selalu berusaha terlihat biasa. Tak ingin berlebihan. Tapi tetap saja, ada beberapa gerakan tubuhku yang mengatakan aku bahagia berada di sampingmu. Mungkin itu yang dikatakan dengan bahasa cinta. Tanpa perlu bicara, tapi kau selalu menunjukan apa yang terasa. Dengan bahasa tubuhmu. –yang lebih cerewet dari biasanya.

Mungkin benar. Saat jatuh cinta orang-orang akan lebih cerewet kepada pasangannya. Banyak ini-itu yang acapkali terucap. Aku pun merasa begitu. Aku lebih cerewet dari biasanya saat jatuh cinta kepadamu. Meski hanya di jejaring sosial milikku. Ya, mungkin karena aku hanya jatuh cinta diam-diam kepadamu.  


Monday, December 23, 2013

Bu.


Aku tak akan pernah bisa sekuat ini tanpa kau mengajarkan aku untuk tetap bertahan, bahkan saat aku masih  berbentuk daging mentah. Kau selalu memujakan doa-doa agar aku kuat. Agar aku tetap bisa melalui masa-masa dalam rahimmu. Setiap detik, menit, berganti kau selalu hati-hati menjaga aku agar bisa lahir ke bumi tanpa satu hal pun yang kurang. Kau jaga hatimu, kau jaga tangismu, kau jaga aku agar semuanya baik-baik saja. Kau selalu membisikan kata-kata sayangmu kepadaku. Bahasa yang mungkin hanya kita yang mengerti waktu itu. Kasih sayang yang tak pernah henti kau nyanyikan sepanjang aku masih menyatu di tubuhmu.

Kau bahkan tak peduli saat tubuhmu terlihat buncit dan gendut. Bagimu, kesehatanku dalam perutmu adalah hal yang tak bisa kau urutkan dengan apa pun. Aku adalah hal yang selalu kau jadikan urutan pertama. Semakin hari aku semakin tumbuh. Karena kasih sayangmu yang selalu utuh. Dari sebongkah daging, aku mulai tumbuh menjadi janin yang nakal. Menendang dan bergerak dalam perutmu. Tapi kau tetap saja tersenyum, menjaga aku agar tetap kuat. Agar aku bisa bertahan dan hadir ke bumi.

Pada harinya tiba, kau masih bisa tersenyum. Meski harus menahan sakit untuk memisahkan aku dari dalam rahimmu. Karena sudah waktunya aku hadir ke bumi. Kau menahan perihnya. Kau menahan pedihnya. Dan sekali lagi, masih bisa mendoakan aku agar aku kuat untuk bertahan. Tanpa kau pedulikan kau sedang mempertaruhkaan nyawamu. Kau tak peduli apa yang akan terjadi pada dirimu, yang kau inginkan, aku hadir dengan tangisku yang selalu kau doa-doakan.

Tapi aku bukan anak yang baik untukmu. Aku mulai menyusahkanmu sejak detik pertama lahir ke bumi. Dengan tangis yang membuat repot. Tak lama kemudian, kau akan disibukkan dengan mengurusi aku yang semakin merepotkanmu. Memandikanku. Memberiku makan. Menyusui. Dan begadang untuk menjagaku. Agar aku bisa tidur pulas. Agar aku tak digigit nyamuk. Kau melakukannya dengan sepenuh hati. Tanpa pernah berpikir apa aku akan membalas semua itu kelak.

Aku mulai tumbuh dan terus tumbuh. Cintamu yang utuh membuatku bisa menjadi anak yang memiliki segalanya. Aku bisa berjalan, berlari, bahkan tak jarang aku mulai telat pulang ke rumah. Aku keasyikan bermain dengan dunia yang ku dapat kemudian. Aku kadang melupakanmu, dunia yang menemaniku bahkan sebelum aku menemukan dunia ini.
Saat remaja, aku jatuh cinta pada perempuan lain. Perempuan yang akhirnya membuat hatiku berantakan. Perempuan yang ternyata tak pernah menguatkan. Dan bodohnya aku malah membiarkan air mata lelaki yang sedari dulu kau ajarkan tegar untuk terbuang sia-sia.

Bu, aku rindu pelukan perempuan sepertimu. Pelukan yang selalu menghangatkan. Pelukan tanpa alasan. Pelukan yang membuatku mengerti bahwa aku lelaki yang dicintai. Aku merindukan semua hal yang selalu kau hadirkan tanpa bayaran. Kasih yang begitu putih. Sayang yang bisa membuatku melayang. Dan cinta yang nyata.

Kau perempuan yang memungut sedihku karena dicampakkan. Kau perempuan yang menopangku untuk kembali berdiri karena dikhianati. Kau perempuan yang selalu mengajarkan aku tersenyum, saat kenyataan hatiku tak lagi baik untuk menerima kenyataan. Kau selalu mengajarkan aku untuk menjadi yang terbaik, meski yang kupersembahkan padamu tak selalu yang terbaik.

Tulisan ini mungkin tak berarti apa-apa. Cintamu terlalu panjang untuk kutuliskan hanya dengan beberapa paragraf di sini. Aku menuliskan ini, agar aku selalu ingat. Aku memilikimu yang kadang tanpa sengaja terlupakan. Terlalu banyak bahagia darimu, yang kubalas dengan kecewa.

Bu, aku mencintaimu lebih panjang dari tulisan ini. Aku ingin menjadi anak yang kelak bisa membuat bangga melahirkanku. Menjadi anak yang kuat seperti doa yang selalu kau pintakan. Terimakasih atas segalanya, bu, atas cinta yang tak pernah ada taranya.

***



Selamat hari ibu, ibu-ibu hebat di balik air mata. Juga di setiap derai tawa. Tanpamu, mungkin dunia selalu luka.  


Wednesday, December 18, 2013

Cinta yang dewasa.



Seseorang yang mencintaimu, akan menghormati privasimu, bukan membatasi kebebasanmu. Kecuali untuk beberapa orang yang masih berpola pikir anak kecil.

Cinta yang dewasa akan menghormati hak-hak pasangannya. Tidak membatasi atau mengekang kebebasan hidup pasangannya. Tentu, bebas dalam artian yang sewajarnya. Karena cinta yang dewasa selalu bisa memberi kepercayaan yang sepenuhnya. Dan seharusnya juga kepercayaan itu dijaga seutuhnya.

Beberapa orang di luar sana mungkin pernah ‘mengacak’ akun sosial, atau bahkan ponsel pasangannya. Saya mengatakan itu tidak salah, karena mungkin setiap orang punya pandangan tersendiri tentang hal ini. Hanya saja, sedikit ingin bertukar pikiran; bahwa memasuki ‘ruang pribadi’ seseorang meski kamu adalah orang yang sedang menjadi kekasihnya tentu kurang baik. Sebagai pacar, harusnya menjaga ‘ruang pribadi’ yang dimiliki pasanganmu. Cemburu boleh, tapi sewajarnya saja. Jangan berpikir dengan kamu membatasinya, kamu bisa mendapatkan hatinya sepenuhnya. Belum tentu.

Mencintai bukan berarti menguasai.

Kamu tidak bisa membuat seseorang lupa akan masalalunya, dengan memaksanya mencintaimu. Lalu membatasinya untuk menikmati dunia yang seharusnya. Tapi cintai saja dia melebihi apa yang masalalunya berikan. Begitu juga saat kamu tak bisa memaksa seseorang hanya mengenalmu saja. Ingat, kekasihmu manuisa, berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain itu adalah hal yang sewajarnya.

Percayalah, jika kau mampu memberikan yang terbaik. Kamu tak akan pernah disia-siakan. Jika nyatakan kamu disia-siakan, akan ada orang yang lebih pantas mencintai kamu melebihi dia yang menyia-nyiakan. Dan satu hal yang harus kamu sadari; orang yang menyia-nyiakan orang yang terbaik, bukanlah orang yang terbaik untuknya.






7:04 | 17 desember 2013.

Sunday, December 15, 2013

Sewajarnya.





Mencintaimu adalah perihal menerima risiko. Apapun itu. Aku paham betul bagaimana hati bekerja. Cinta akan selalu tumbuh seiring waktu. Bisa menjadi baik, bisa juga berbalik dari apa yang pertama terasa. Begitulah sewajarnya. Dan aku hanya ingin mencintaimu dengan wajar. Sebagai manusia yang mencintai manusia yang membuatnya jatuh hati. Tak ada yang ingin kulakukan berlebihan, karena memang yang berlebihan tak baik.

Aku ingin merindukanmu sewajarnya. Memberi perhatian sekedarnya.  Tapi satu hal yang selalu aku lakukan adalah menjaga hatimu seutuhnya. Aku tak pernah berpaling darimu. Aku tak pernah membelanjakan hatiku pada senyuman yang lain. Meski, sebagai manusia sewajarnya merasa senang melihat yang indah. Namun, aku tahu, aku memiliki keindahan yang sudah terlalu indah untukku. Yakni, kamu.  

Maaf jika perhatian yang kuberikan sekedarnya membuatmu merasa tak cukup. Aku tahu saat kau mulai jatuh hati kepada yang lain. Aku tahu saat kau mulai mencari perhatian pada cinta yang lain. Semua yang kau lakukan selalu aku perhatikan, meski tak semuanya aku katakan padamu. Apa saja yang kau lakukan dengan duniamu, aku selalu tahu. Namun, sekali lagi aku katakan padamu, aku ingin mencintaimu sewajarnya. Maaf, jika aku tak marah saat aku tahu kau mulai bermain hati dengan yang lain. Maaf, jika aku memilih diam dari pada bertengkar hanya untuk memaksamu berbicara tentang dia. Aku sudah tahu segalanya.

Dan suatu hari kau akan tahu, aku manusia yang selalu siap menunggumu pulang dari rasa sakit yang kau dapatkan. Aku akan selalu siap menyediakan bahuku, hanya untuk membuatmu kembali pulih. Meski, mungkin saja kau akan melakukan kesalahan yang sama. Tak mengapa, karena aku hanya ingin mencintaimu sewajarnya, meski kadang  aku merasa lukanya tak wajar untuk kurasakan.  





Saturday, December 14, 2013

'Jodoh'.




Saat asmara memuncak, kita terlihat begitu mirip. Lekuk wajahku seolah menyalin lekuk wajahmu. Kata orang kita jodoh. Banyak hal yang disama-samakan pada kita. Aku memiliki sifat A, dan kau juga. Aku menatap dengan cara ini, dan kau juga. Kita memiripkan banyak hal. Kita membuat sama apa saja yang kita lakukan. Memakai kaus yang kembar. Membeli cincin yang kembar. Bahkan untuk beberapa makanan pun, kita memesan makanan yang sama.

Saat kau suka es krim, aku pun ikut menyukainya. Saat aku minum kopi, kau pun juga menyukai kopi. Padahal sebelumnya aku tak begitu suka dengan es krim, dan aku tahu kau sangat jarang minum kopi. Karena kau memang lebih suka es krim dari pada kopi. Sejak berdua denganku, kau menyukai kopi dan aku menyukai es krim.

Kita mengatakan ini cinta. Banyak yang bilang, konon, kalau orang yang banyak kemiripan adalah jodoh. Aku percaya saja, apa yang orang-orang katakan. Bukankah perkataan adalah bagian dari doa? Tapi terlebih dari itu, aku benar-benar mencintaimu. Aku benar-benar ingin menjadi jodohmu. Seseorang yang kelak akan halal memelukmu, seseorang yang kelak akan halal mandi bersamamu. Menjadi orang yang bekerjasama denganmu untuk membuahi cinta.

Tapi, kini, pada kenyataannya, saat asmara tak lagi memuncak kita seolah lupa kalau kita mirip. Kita bahkan seperti anjing dan kucing. Saling menyalahkan. Tak jarang kau merasa benar sendiri, begitu pun aku. Banyak hal yang dulu sama, sekarang seolah tak lagi begitu. Dan akhirnya aku sadar satu hal; jodoh tak hanya soal kemiripan. 

Monday, December 9, 2013

Orang cuek.




Cuek memang tak selalu tak cinta. Beberapa orang mungkin kurang bisa melakukan hal sederhana untuk mengirim pesan singkat, atau melakukan panggilan telepon untuk mengabari pasangannya. Sederhana memang, tapi tak semua orang bisa melakukannya. Namun, beberapa orang yang cuek bahkan lebih sering memikirkan kekasihnya. Hanya saja, kembali pada hal tadi. Ia tak selalu bisa mengatakan, tapi ia bisa menjaga dan memperjuangkan. Tentu dengan caranya sendiri; berdoa.

Banyak pasangan yang putus hanya karena salah satu terlalu banyak menuntut pada kekasihnya. Terlalu mengedepankan ego tanpa memikirkan sifat dan kenyamanan pasangannya. Beberapa orang malah terlihat lebay, harus mengabari ini itu, harus memberitahu kesana kesitu. Tak masalah memang dengan hal yang begitu. Namanya juga orang jatuh cinta. Namanya juga orang sayang. Wajar jika ia memiliki sifat berlebihan seperti itu. Mungkin bagi beberapa orang yang seperti itu, itu tidak berlebihan sama sekali. Wajar.

Hanya saja, kembali lagi, beberapa orang memang tak selalu suka mengabari atau ‘ngasih laporan’ seperti itu. Nah, sekarang, pasanganmu termasuk orang yang cuek seperti ini, atau yang selalu bisa ‘ngasih laporan’?

Orang yang memiliki sifat cuek pun akan mengabari pasangannya pada waktunya. Biasanya setelah pekerjaan mereka selesai. Jika memang cueknya berlebihan, mungkin yang ini baru dipertanyakan? Atau hal lain, kepada teman-temannya, dia tidak cuek, hanya kepadamu saja. Ini juga bisa dipertanyakan.

Yang saya maksud adalah orang cuek dengan sikap dia yang benar-benar begitu, bahkan hampir pada semua orang. Memang sebagai kekasih tidak menyenangkan diabaikan seperti itu. Tapi jika dia sibuk dengan dunia yang akan dia persiapkan untukmu nanti, apakah itu berlebihan? Tidak kan.

Kadang cinta tak hanya bekerja lewat perhatian, tak jarang mereka bekerja dalam doa dan ingatan. Hanya saja tak semua orang bisa memahaminya dan melepaskan orang yang sebenarnya sangat cinta padanya. Orang cuek yang tak paham cara memberi perhatian.


Sunday, December 1, 2013

Setelah Putus.



Setelah putus, harusnya setiap orang hilang ingatan. Agar bisa menjalani hidup yang baru tanpa bayang-bayang masa lalu. Agar tak ada kenangan yang pulang untuk mengabari kalau dia bahagia dengan orang yang baru. Atau mungkin agar aku tak sedih bila nyatanya kau tak begitu bahagia dengan kekasih barumu. Mungkin kau selalu dibanding-bandingkannya dengan kekasihnya yang dulu. Hal yang tak pernah ku lakukan padamu.

Aku pernah mencintaimu tanpa merasa punah. Aku memilih menenggelamkan diri dalam madu yang membeku di bibirmu. Memilih menikmati manis dalam tengguli yang mengental di dadamu. Dulu, begitu manis sayang. Dulu aku adalah pemenang. Dan kau adalah mahkotaku yang kubanggakan pada semua orang. Tak ada yang ku takutkan untuk melalui hari-hari yang keras, tak ada yang ku  ragukan saat menempuh gang-gang kehidupan yang kadang tak ramah. Karena aku percaya, aku punya kekuatan yang akan selalu menguatkan. Yaitu kamu.

Tapi, kini semuanya telah berlalu. Masa-masa itu sudah tak emas lagi. Hanya besi bekas yang masih tertancap di dadaku. Perlahan berkarat, dan rasanya sakit saat aku ingin mencabutnya. Lebih sakit lagi saat besi itu ku biarkan tetap menusuk ulu hatiku.
Sedetik setelah kau nyatakan bukan aku yang kau butuhkan. Sejak itu kita harus memilih jalan masing-masing. “Mungkin, kita tak lagi cocok!” begitu katamu menghilangkan apa yang selama ini kita sama-sama kan. Apa yang selama ini kita selalu kembar-kembarkan. Kausmu saja, sebelah gambarnya ada di dadaku. Bagaimana bisa, tiba-tiba saja kau katakan kita tak lagi cocok!

Ah, sudahlah!

Aku memang harus menyadari, itu hanya caramu agar bisa memilih untuk menepi. Itu hanya caramu agar aku tertinggal dari jalan baru yang kau tapaki. Mungkin kita memang tak sama, mungkin juga kita memang tak seharusnya menyama-nyamakan apa yang kita pernah lakukan. Tapi sudahlah, cinta memang begitu. Kadang manis, kadang kurang ajar!

Kini yang aku sesalkan hanya satu hal. Saat hatiku sudah mulai tenang. Kau tiba-tiba saja datang. Dan kau tahu? Kenangan yang pulang dengan kurang ajar sepertimu memang tak tahu malu. Meski harus ku akui aku tak pernah bisa melupakanmu secepat ini. Mungkin memang benar, seharusnya setelah putus setiap orang hilang ingatan.

Tak perlu lagi mengabari aku apa saja yang membuatmu bahagia kini, karena bahagiamu bukan hak ku lagi.



0:32 : 1 desember 2013